penyebab dan solusi atasi kenakalan remaja
Kenakalan Remaja
Kemungkinan besar maraknya kasus mengenai kenakalan remaja ini
mengakibatkan kekhawatiran mendalam bagi para orang tua, yang lebih khusus saja
berupa tawuran dan keroyokan masa yang rata-rata pelaku tawuran nota banenya
adalah pelajar (remaja yang berpendidikan). Yang memalukan lagi adalah kegiatan
yang tidak bermanfaat itu dilakukan dengan tetap berseragam dan beratribut
lengkap dari sekolah. Mengapa para pelajar itu begitu
sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak
bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Bentuk dari kenakalan remaja yang kedua adalah
adanya pergaulan mereka dan banyak diantara mereka terlibat narkoba dan seks
bebas, pasti ada indikasi yang melopori mereka berbuat demikian. Mungkin kah
peran orang tua yang kurang ataukah malah guru yang kurang memnatau ketika ada
pada jam sekolah,,, siapa yang akan bertanggung jawab dengan semua yang terjadi
dengan mereka? Sebelunya saya akan membahas dulu siapa si sebenarnya remaja
itu.
Remaja adalah
mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Bukan hanya itu, menurut artikel yang pernah say abaca dalam rentang
keremajaan usia mereka tentu mereka akan mengalami perubahan yang mendewasakan
dan sebagai remaja mereka akan mengalami periode perkembangan fisik
dan psikis sebagai berikut :
1. Masa Pra-pubertas (12 - 13
tahun)
Masa pra-pubertas yang terjadi antara usia 12 hingga 13 tahun. Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari
kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan
dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja,
yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung
bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan
dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai
menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai
"hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala
yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan
kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada
masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya,
lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya
sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai
pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka
lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan
kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang
dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang
menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain
selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk
bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan
teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman
karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat
yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia
dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat
ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja,
meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu
adalah masalah yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak boleh berpikir,
"Ya ampun... itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya ?
Bodoh sekali kamu !", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang
tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam
otak remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar yang terbaik baginya. Ini
akan mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
Pada masa ini juga remaja sangat memerlukan peran orang tua sebagai
penyemangatnya dan pendukung ketika mereka dalam masalah, masa ini juga masa
yang rawan karena remaja telah mngenggap bahwa ia bukan kanak-kanak dan berhak
sok-sok an menentukan hidup dan berhak memilih yang baik bagi mereka meskipun
tidak baik bagi orang tua mereka juga,
2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa pubertas usia 14-16 tahun. Masa ini disebut juga masa
remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja
sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu
menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja
menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang
begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja
wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja
pria ditandai
dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu
akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian
yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan
baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan
seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan
gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini. Kurangnya bimbingan dari orang tua juga akan berpengaruh pada libido
remaja masa ini
Di samping itu,
remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual.
Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap
kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok
yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri. Remaja pada masa ini memang sukar diperkirakan
tentang emosinya, dan sulit ditebak keinginannya.
3. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini,
remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima
kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena
tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja
pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan
remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai
sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya. Masa ini biasanya dinggap bahwa remaja telah
mencapai akhir kepuberan mereka, masa ini dingaap masa bahwa remaja telah
setahap menuju kedewasaan, mereka sering menganggap bahwa mereka berhak memilih
dan pantas mendapatkan hadiah ketika sweet seventeen yang sering kita kenal
selama ini, dan di masa inilah remaja merasa memiliki tanggung jawab khususnya
bertanggung jawab atas dirinya.
4. Dan periode remaja Adolesen
(19 - 21 tahun)
Pada periode ini
umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi,
maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan
mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka
mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya.
Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya,
minatnya, bakatnya, dan sebagainya.
Arah kehidupannya
serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini. Fase ini biasanya terjadi setelah mereka lulus
SMA, mereka telah bisa bersikap tanggung jawab kepada yang menjadi pilihannya,
misalnya mereka telah memutuskan untuk melanjutkan studi di universitas yang
diminati, bahkan mereka memilih berkerja, menikah atau hanya di rumah. Pada
fase kematngan mereka dalam mengambil keputusan akan mereka pertimbangkan
sesuai dengan kematangan psikis dan emosi yang mencapai kematangan sempurna,
bentuk fisik mereka akan matang sempurna pula, ketika usia 20 bentuk fisik akan
seperti itu, dan kemungknan besar tidak akan bias dirubah pendek menjadi tinggi
karena mereka sudah tidak membutuhkan karbohidrat untuk tumbuh melainkan mereka
membutuhkan karbohidrat untuk energy saja.
Di atas sudah dijelaskan mengenai
remaja nah sekarang saatnya menjelaskan tentang kenakalan remaja.
Kenakalan remaja
Kenakalan remaja
biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya.
Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis,
kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali
didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak
menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan,
seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, kurangnya percaya diri, dan hilang tanggung
jawab yang terjadi ketika masa remaja Adolesen lain sebagainya, banyak alasan
yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja.
Mengatasi kenakalan
remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan
perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua,
teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan
jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan,
konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka
harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
Pertanyaannya :
tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu
pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ?
Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah
yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya.
Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada mereka yang kurang mendapatkan perlakuan baik
akan cenderung tergabung dalam hal ini, mencegah lebih baik daripada mengobati
dan member bimbingan dan perlakuan yang baik bagi anak-anak kita sejak masa
kanak-kanak hingga remaja akan lebih baik dibandingkan harus menyelesaikan dan
menata konflik yang terjadi ketika mereka terjebak dalam hal ini.
Komentar
Posting Komentar